Manusia selalu merencanakan segala sesuatunya dalam hidupnya. Namun, pada akhirnya Allah SWT-lah yang menentukan segala hal. Setiap manusia harus selalu berusaha dan berdoa agar segala rencana yang dibuat dapat terwujud dengan baik. Dalam artikel ini, akan dibahas lebih lanjut tentang manusia berencana dan Allah yang menentukan.
1. Hadis Sahih. Yaitu tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadis. Hadis shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut: - Sanadnya bersambung. - Diriwayatkan oleh para penutur/perawi yang adil. - Memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah (kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
صحيح الترغيب والترهيب [ 3139 ]. “Seluruh Bani Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan (dosa), dan sebaik-baik manusia yang banyak kesalahannya (dosanya) adalah yang banyak bertaubat.” (hasan, lihat shahih at-Targhib wa at-Tarhib 3139) Hadits di atas diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (2499), Ibnu Majah (4251), ad-Darimi 7 Ayat Al-Qur’an dan Hadits Tentang Perintah Ibadah Kurban. By. Syaputri Febrina Sari. -. 23 June 2022. 68690. Sebentar lagi umat Muslim akan melaksanakan hari raya yang kedua yakni Idul Adha yang jatuh pada 10 Dzulhijjah tiap tahunnya. Pada hari tersebut hingga 3 hari setelahnya atau yang disebut dengan hari tasyrik, umat Islam dianjurkan Kata kunci yang ketiga adalah an-nas, yang mengacu pada manusia sebagai makhluk sosial. Banyak konsep an-nas yang dikemukakan al-Qur’an. Salah satu contohnya adalah, kewajiban manusia untuk mengenal dan berbuat baik pada yang lain, serta saling menghargai karena sudah menjadi kodrat-Nya. Bahwa an-nas diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Alasan paling besar yang membuktikannya adalah, karena Allah Bisa Melihat Masa Depan. Sedangkan kita manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi kemudian, walau hanya beda 1 menit dari sekarang. Paling hebat kita hanya bisa menebak atau memperkirakan apa yang akan terjadi nanti di masa depan, itu pun tidak ada yang bisa memastikan. Di antara mereka, ada yang Allah Maha Mengetahui kebaikan hatinya, sehingga Allah berikan taufik-Nya (kemudahan-Nya) kepadanya. Dan di antara manusia, ada pula yang Allah Maha Mengetahui akan keburukan pada hatinya, sehingga Allah pun membiarkannya dan tidak mempedulikannya –wal ‘iyadzu billah-. Allah Ta’ala berfirman: .